Melalui kisah-kisah yang dikemas dalam dialog polos ala dunia bocah, Sujiwo Tejo dan Buya MN. Kamba coba mengajak kita "bermain-main" untuk memperkenalkan ke-Maha Asyik-an Tuhan. Tuhan sangat asyik ketika Dia tidak kita kurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan. Dia tak terdefinisikan. Dia tak termaknakan. Dia ada sebelum definisi dan makna ada. Tuhan itu anti mainstream. Tuhan itu Maha Asyik ketika kita mentadabburi-Nya, bukan melogikakan-Nya. Dengan mencampakkan kesombongan dan taklid pada kerendahan hati, buku ini mengingatkan pada kita: bahwa ke manapun kau memandang, di situlah wajah Tuhan.
#AboutLife "Ada masanya kita hanya butuh diam. Tidak bicara apa pun, tidak bicara pada siapapun. Cukup direnungkan dalam-dalam, kemudian kita akhirnya paham banyak hal. Pun ada masanya, saat membaca buku, melihat kembali kutipan-kutipan lama, direnungkan, kita bisa menemukan banyak hal yang mengembalikan pemahaman terbaiknya......." Kutipan terbaik Tere Liye. Kutipan membawa pemahaman terbaiknya . "Orang-orang datang dan pergi dalam hidup kita, tapi yang paling penting adalah yang sekarang menetap bersama kita" Jangan terlalu memikirkan yang akan datang, pun jangan habiskan waktu memikirkan yang telah pergi. "Wanita yang percaya diri tidak butuh memamerkan tubuhnya yang bagus, tas, sepatu, pakaian mahal, juga perhiasan" "Telat adalah bila kita janji bertemu seseorang, lantas datang terlambat. Telat jadinya" Maka, jelas tidak ada kata "telat menikah". Memangnya kita janji pada siapa? Jika belum datang jodohnya, teruslah...
Candu II Alumni kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata yang penuh tikus. Ada yang bertahan, ada yang sebentar lagi mampus. Kerja di Bank EEK? Ada. Kerjanya pindah terus? Ada. Bimbang ikut keinginan orangtua atau ikut kata hati? Ada. Apa lagi pengangguran banyak acara, pasti ada. Namun, diam-diam ada juga yang kariernya lancar, gajinya mekar, dan jodohnya gempar menggelegar. Mendapat intimidasi dari rekan kerja, lingkungan, dan keluarga itu sudah biasa. Mendapat cemoohan bagi yang ingin berkarya, jelas jauh lebih biasa. Menerima perlakuan semena-mena, hingga tertawaan dan hinaan adalah sarapan pagi. Akankah mereka bertahan didunia yang penuh intrik ini? Atau mereka harus jadi jongos berdasi, pura-pura mampu beradaptasi, dengan tantangan dunia yang terus gonta-ganti?
Komentar
Posting Komentar